Busur Arjuna: SYAWAL MAKIN HAMPIR...

Friday, September 26, 2008

SYAWAL MAKIN HAMPIR...

Hari ini hari terakhir hamba bertugas sebelum pulang ke kampung halaman menyambut hari lebaran bersama keluarga tersayang. Aura syawal semakin terasa tatkala melihat kemeriahan tradisi maaf bermaafan antara rakan sekerja di kantor hamba. Perasaan benar-benar teruja dengan ketibaan syawal yang bakal diraikan tidak lama lagi. Perayaan menyambut kemenangan! Lapar menjalani ibadah puasa seakan tidak terasa dek kerana kegairahan menyambut hari raya.

Insya-Allah, hari sabtu ini hamba akan pulang ke kampung. Pasti banyak yang perlu dilakukan di rumah. Maklumlah, kediaman keluarga hamba sedang diubahsuai. Ibu pula lebih bergantung harap untuk hamba menghias dan mengemaskan rumah. Memang sudah menjadi tugas dan tanggungjawab hamba saban tahun sebelum menjelang hari raya, hamba akan ditugaskan mengepalai tugasan mengemas rumah...Heheheh...

Dari segi persiapan lain, segalanya telah hamba lakukan sedari awal. Pakaian untuk diri sendiri, pakaian ibu bapa, perhiasan rumah (lampu lip-lap) ,mercun (yahooo..) juadah hari raya, hinggalah kepada 'hadiah' yang bakal diberikan kepada adik-beradik, saudara-mara, dan tetamu yang akan berkunjung ke rumah.

Seketika terdetik di hati hamba...dan akal terus berbicara! Syawal makin hampir menandakan Ramadan sudah dipenghujung...

Terasa sedih juga di hati hamba justeru mengimbau kembali apakah amalan dan ibadah yang telah hamba lakukan bagi mengisi hari-hari Ramadan? Sudah cukup giatkah hamba memanfaat anugerah yang datang hanya sekali setahun? Lantas, di akhir-akhir waktu ini, hamba kekal mengutip keistimewaan dan barakah Ramadan yang berbaki cuma beberapa hari sahaja lagi.

Semoga ketibaan hari raya nanti akan semeriah tahun-tahun sebelumnya, hatta mungkin lebih hebat dan meriah lagi...Meriah dengan penuh makna dan hikmah. Meriah dengan kasih-sayang dan jalinan erat tali persaudaraan. Meriah dengan kemenangan. Meriah segalanya...

**Insya-Allah, petang ini hamba akan menemani Aieman membeli-belah di Klang. Lama juga hamba tidak berjumpa dengannya. Di akhir Ramadan ini, dapat juga hamba berbuka dengannya sebelum dia kembali ke kampung dengan bas.**

1 comment:

Budak Kecik said...: i guess...it's about time for you to update your blog?; April 5, 2009 at 10:36 PM

Post a Comment

Pujangga Hati

Berhenti Menjadi Gelas

Seorang guru Sufi menghampiri seorang anak muridnya yang sering kelihatan sugul sejak kebelakangan ini. Lalu bertanyalah Sang Guru, "Mengapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?

Tersentak dengan pertanyaan gurunya, si murid lantas menjawab, "Guru, kebelakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tidak ada habis-habisnya."

Sambil tersenyum, Sang Guru yang bijaksana seraya menjawab, "Nak, bawakan kemari segelas air dan dua genggam garam." Dalam keadaan penuh tanda tanya, si murid lantas beranjak pelan menurut permintaan gurunya.

"Cuba ambil segenggam garam, dam masukkan ke segelas air itu," suruh sang guru. " Selepas itu, cuba kau minum airnya sedikit." Si murid menuruti kehendak Sang Guru. Wajahnya berkerut menahan rasa masin air yang diminum.

"Bagaimana rasanya?," tanya Sang Guru. "Masin, dan perutku berasa mual," jawab si murid. Sang Guru tersenyum melihat tingkah anak muridnya itu.

"Sekarang, ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau berhampiran. "Ambil garam yang tersisa dan tebarkan ke danau." Tanpa berlengah, si murid terus menebarkan baki garam ke danau tanpa banyak soal. Rasa masin di mulutnya masih belum hilang. Ingin diludah, rasa kurang sopan di hadapan mursyid, fikirnya.

"Sekarang, cuba kamu minum air danau itu," arah Sang Guru. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di kerongkongnya, sang guru bertanya, "Bagaimana rasanya air itu, nak?"

"Segar, segar sekali!," jawab si murid sambil mengesat sisa air yang meleleh di bibirnya. Tentu sekali air danau yang dingin telah memberi kesegaran kepada si murid sehingga hilang rasa masin yang tersisa dimulutnya tadi.

Sang Guru bertanya lagi, "Terasakah masin garam yang kau tebarkan tadi?". "Tidak sama sekali." kata si murid sambil meminumnya lagi. Sang Guru sekadar tersenyum dan membiarkan anak muridnya terus-terusan meminum air danau yang segar itu.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam! Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang hidupmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap. Segitu-segitu sahaja. Tidak berkurang, juga tidak pula bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, hatta dia seorang Nabi sekalipun, tetap berhadapan dengan penderitaan dan masalah."

Si murid diam, tekun mendengar kata-kata dari Sang Guru. "Tapi nak, rasa 'masin' dari penderitaan yang dialami itu sangat bergantung pada besarnya qalbu/hati yang menampungnya. Oleh itu, supaya tidak merasa menderita, berhentilah menjadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu sebesar danau ini," kata Sang Guru sambil jarinya menunjuk ke arah danau yang punya air segar mengalir damai.

Busur Arjuna

Penawar Hati

Rahsia Hati

e@siswa

Karyawan Tersohor e@siswa

Karya Hati

Mustika Hati

Peneman Hati

Khazanah Hati

Friday, September 26, 2008

SYAWAL MAKIN HAMPIR...

1 comment:

Memori di Hari Lahir

Pujangga Hati